Nama : dhany
widyanto
Npm : 11111983
Kelas : 2ka31
1. Apa peran komuniksi didalam organisasi
?
Jawab :
Komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah
komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya
bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Organisasi dan
komunikasi
Istilah
organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah
berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di
antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang
menamakannya sarana.
Everet M.Rogers
dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi
sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.
Robert
Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach,
mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan
sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari
tugas-tugas dan wewenang.
Korelasi antara
ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus
kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu
komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam
organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai,
bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya.
Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah
untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi
tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi
dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Sendjaja (1994)
menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
·
Fungsi informatif. Organisasi dapat
dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota
dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak,
lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang
dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
·
Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua
hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan
orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi
perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
·
Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu
organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih
suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan
yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
·
Fungsi integratif. Setiap organisasi
berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang
dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan
kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar
pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan
darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk
berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Griffin (2003) dalam A
First Look at Communication Theory, membahas komunikasi organisasi
mengikuti teori management klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya
produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip dari teori management
klasikal adalah sebagai berikut:
·
kesatuan komando-
suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan
·
rantai skalar-
garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari atas sampai ke bawah
untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando,
harus digunakan sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan
komunikasi.
·
divisi pekerjaan-
manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang
dirancang untuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien.
·
tanggung jawab dan otoritas-
perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan
seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus
dicapai.
·
disiplin-
ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut
kebiasaan dan aturan disetujui.
·
mengebawahkan kepentingan
individu dari kepentingan umum- melalui contoh peneguhan,
persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.
Selanjutnya,
Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas komunikasi organisasi. Ketiga
pendekatan itu adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan
sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi) menganggap
struktur hirarkhi, garis rantai komando komunikasi, prosedur operasi standar
merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat organisasi sebagai kehidupan organis
yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu perubahan lingkungan dalam
orde untuk mempertahankan hidup. Pengorganisasian merupakan proses memahami
informasi yang samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan
informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya
ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing)
dan komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang
mengacaukan, manajer harus bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan.
Teori Weick
tentang pengorganisasian mempunyai arti penting dalam bidang komunikasi karena
ia menggunakan komunikasi sebagai basis pengorganisasian manusia dan memberikan
dasar logika untuk memahami bagaimana orang berorganisasi. Menurutnya,
kegiatan-kegiatan pengorganisasian memenuhi fungsi pengurangan ketidakpastian
dari informasi yang diterima dari lingkungan atau wilayah sekeliling. Ia
menggunakan istilah ketidakjelasan untuk mengatakan ketidakpastian, atau
keruwetan, kerancuan, dan kurangnya predictability. Semua informasi dari
lingkungan sedikit banyak sifatnya tidak jelas, dan aktivitas-aktivitas pengorganisasian
dirancang untuk mengurangi ketidakpastian atau ketidakjelasan.
Weick memandang
pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar pada sebuah
rangkaian tiga proses:
penentuan
(enachment)Ã seleksi (selection)Ã penyimpanan (retention)
Penentuan adalah
pendefinisian situasi, atau mengumpulkan informasi yang tidak jelas dari luar.
Ini merupakan perhatian pada rangsangan dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan.
Seleksi, proses ini memungkinkan kelompok untuk menerima aspek-aspek
tertentu dan menolak aspek-aspek lainnya dari informasi. Ini mempersempit
bidang, dengan menghilangkan alternatif-alternatif yang tidak ingin dihadapi
oleh organisasi. Proses ini akan menghilangkan lebih banyak ketidakjelasan dari
informasi awal. Penyimpanan yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu
yang akan digunakan pada masa mendatang. Informasi yang dipertahankan
diintegrasikan ke dalam kumpulan informasi yang sudah ada yang menjadi dasar
bagi beroperasinya organisasinya.
Setelah
dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi menghadapi sebuah masalah
pemilihan. Yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan kebijakan
organisasi. Misal, ”haruskah kami mengambil tindakan berbeda dari apa yang
telah kami lakukan sebelumnya?”
Sedemikian
jauh, rangkuman ini mungkin membuat anda mempercayai bahwa organisasi bergerak
dari proses pengorganisasian ke proses lain dengan cara yang sudah tertentu:
penentuan; seleksi; penyimpanan; dan pemilihan. Bukan begitu halnya.
Sub-subkelompok individual dalam organisasi terus menerus melakukan kegiatan di
dalam proses-proses ini untuk menemukan aspek-aspek lainnya dari lingkungan.
Meskipun segmen-segmen tertentu dari organisasi mungkin mengkhususkan pada satu
atau lebih dari proses-proses organisasi, hampir semua orang terlibat dalam
setiap bagian setiap saat. Pendek kata di dalam organisasi terdapat siklus
perilaku.
Siklus perilaku adalah
kumpulan-kumpulan perilaku yang saling bersambungan yang memungkinkan kelompok
untuk mencapai pemahaman tentang pengertian-pengertian apa yang harus
dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku, tindakan-tindakan
anggota dikendalikan oleh aturan-aturan berkumpul yang memandu
pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah
dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau penyimpanan).
Demikianlah
pembahasan tentang konsep-konsep dasar dari teori Weick, yaitu: lingkungan;
ketidakjelasan; penentuan; seleksi; penyimpanan; masalah pemilihan; siklus
perilaku; dan aturan-aturan berkumpul, yang semuanya memberi kontribusi pada
pengurangan ketidakjelasan.
2. Pendekatan
budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak tentang
sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat
dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan
ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah
ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi
merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya,
membentuk sebuah realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky dan para
teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan sesuatu yang
dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya adalah sesuatu suatu organisasi.
budaya organisasi dihasilkan melalui interaksi dari anggota-anggotanya.
Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran
jangka pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat cara-cara yang lain
selain perilaku tugas ”resmi” dari para karyawan, karena aktivitas-aktivitas
sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi bagi budaya tersebut.
Pendekatan ini
mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita, ritual,
simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan
mereproduksi seperangkat pemahaman.
3. Pendekatan
kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap
bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek
lainnya dalam masyarakat, dan kehidupan kita banyak ditentukan oleh
keputusan-keputusan yang dibuat atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi
perusahaan, atau manajerialisme.
Bahasa adalah
medium utama dimana realitas sosial diproduksi dan direproduksi.
Manajer dapat
menciptakan kesehatan organisasi dan nilai-nilai demokrasi dengan
mengkoordinasikan partisipasi stakeholder dalam keputusan-keputusan
korporat.
2. Analisa mengenai
perilaku konsumen pada suatu produk dan bagaimana konsumen mendapatkan kepuasan
maksimal pada produk tersebut ?
Jawab :
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TERHADAP PRODUK KERAJINAN TENUN IKAT DAYAK DESA ENSAID PANJANG KECAMATAN KELAM PERMAI KABUPATEN SINTANG
Perilaku
konsumen mengenai baik atau tidak baik konsumen terhadap suatu produk dapat
dianalisis melalui data tentang keyakinan yaitu tanggapan sebelum menggunakan,
evaluasi yaitu tanggapan setelah menggunakan, keyakinan normatif yaitu harapan
responden atas peran orang lain dalam turut serta mendorong untuk menggunakan
produk dan motivasi yaitu kenyataan orang lain dalam memotivasi untuk
menggunakan.
Semua data
diatas akan berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli dan data
tersebut berinteraksi antara satu dengan lainnya untuk mempengaruhi perilaku
konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. Tujuan penelitian ini adalah
untuk “mengetahui sejauh mana variabel, keyakinan membeli, evaluasi, keyakinan
normatif, dan motivasi mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk
kerajinan tenun ikat Dayak Desa Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten
Sintang”.
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja yaitu di Desa Enasid Panjang dan kota Sintang dengan
pertimbangan bahwa di Desa Ensaid Panjang merupakan sentra kerajinan tenun ikat
Dayak dan koperasi jasa menenun mandiri terletak di kota Sintang. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua orang yang pernah membeli kain tenun ikat
dayak minimal sebanyak dua kali pembelian atau membeli lebih dari satu produk.
Sumber dan teknik pengumpulan data yang dikumpulkan meliputi data primer dan
data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah pengujian validitas dan
realibilitas serta analisis model multi atribut Fisbhein menurut Mowen dan
Minor.
Konsumen mendapatkan kepuasan maksimal
pada produk tesebut adalah produk yang dihasilkan baik dari segi bahan, corak
maupun dari aspek yang lainnya. Tidak kalah dengan kerajinan dari daerah lain.
Kualitasnya pun bagus serta memuaskan. Pembelinya lebih cenderung dari kalangan
menengah ke atas. Dan pembelinya bukan dari dalam negeri saja. Akan tetapi
banyak pembeli dari mancanegara.