Teori organisasi umum
Tugas 2:
1.Jelasan pengertian
kepemimpinan&perkembanganteori kepemimpinan?
2.Tuliskan tipe,gaya,&perilaku kepemimpinan?
3.tuliskan nama-nama tokoh yang berhasil
memimpin&bidang yang dikuasainya?
Jawaban:
1. Kepemimpinan atau
leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip
dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan
manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut
pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa
kesamaan.
Pengertian Kepemimpinan
Menurut Para ahli
Menurut Tead; Terry; Hoyt
(dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam
Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian
khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok
Teori Genetik (Genetic Theory).
Penjelasan kepemimpinan
yang paling lama adalah teori kepemimpinan “genetic” dengan ungkapan yang
sangat populer waktu itu yakni “a leader is born, not made”. Seorang dilahirkan
dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi.
Sifat-sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.
Teori Sifat (Trait Theory).
Sesuai dengan namanya,
maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan sangat tergantung
pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat yang dimiliki antara
lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social. Penganut teori ini
yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang akan memiliki
kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut Judith R. Gordon mencakup
kemampuan yang istimewa dalam (1) Kemampuan Intelektual (2) Kematangan Pribadi
(3) Pendidikan (4) Status Sosial dan Ekonomi (5) “Human Relations” (6) Motivasi
Intrinsik dan (7) Dorongan untuk maju (achievement drive).
Teori Perilaku (The Behavioral Theory).
Mengacu pada keterbatasan
peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori “trait”, para peneliti pada
era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an mulai mengembangkan
pemikiran untuk meneliti “behavior” atau perilaku seorang pemimpin sebagai cara
untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Fokus pembahasan teori
kepemimpinan pada periode ini beralih dari siapa yang memiliki kemampuan memimpin
ke bagaimana perilaku seseorang untuk memimpin secara efektif.
Situasional
Leadership.
Pengembangan teori
situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori sebelumnya dalam
meramalkan kepemimpinan yang paling efektif. Dalam “situational leadership”
pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya
kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat. Seorang pemimpin yang
efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan
kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada. Empat dimensi situasi yakni
kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter
pekerja. Keempatnya secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap
efektivitas kepemimpinan seorang
Transformational
Leadership.
Pemikiran terakhir
mengenai kepemimpinan yang efektif disampaikan oleh sekelompok ahli yang
mencoba “menghidupkan” kembali teori “trait” atau sifat-sifat utama yang
dimiliki seseorang agar dia bisa menjadi pemimpin. Robert House menyampaikan
teori kepemimpinan dengan menyarankan bahwa kepemimpinan yang efektif
mempergunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan
moralitas yang tinggi untuk meningkatkan kadar kharismatiknya (Ivancevich, dkk,
2008:213)
Dengan mengandalkan
kharisma, seorang pemimpin yang “transformational” selalu menantang bawahannya
untuk melahirkan karya-karya yang istimewa. Langkah yang dilaksanakan pada
umumnya adalah dengan membicarakan dengan pengikutnya, bagaimana sangat
pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka sebagai anggota
kelompok dan bagaimana istimewanya kelompok sehingga dapat menghasilkan karya
yang inovatif serta luar biasa.
Menurut pencetus teori
ini, pemimpin “transformational” adalah sangat efektif karena memadukan dua teori
yakni teori “behavioral” dan “situational” dengan kelebihan masing-masing.
Atau, memadukan pola perilaku yang berorientasi pada manusia atau pada produksi
(employee or production-oriented) dengan penelaahan situasi ditambah dengan
kekuatan kharismatik yang dimilikinya. Tipe pemimpin transformational ini
sesuai untuk organisasi yang dinamis, yang mementingkan perubahan dan inovasi
serta bersaing ketat dengan perusahaan-perusahaan lain dalam ruang lingkup
internasional. Syarat utama keberhasilannya adalah adanya seorang pemimpin yang
memiliki kharisma. (Ivancevich, 2008:214)
2. TIPE
1. Adaptif
Dalam keadaan normal,
mungkin saja tidak akan ada jawaban yang mudah, tapi setidaknya akan ada sebuah
jawaban. Di saat krisis dan terjadi perubahan di mana-mana, seorang pemimpin
harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dalam menjalankan
bisnisnya. Seorang pemimpin yang adaptif dapat menyesuaikan diri dan perusahaan
dengan keadaan yang dinamis, menyesuaikan nilai mereka dengan perubahan ya g
terjadi, dan membantu bawahan mereka untuk dapat ikut menyesuaikan diri dan
mengenali perubahan yang terjadi tanpa mengurangi kepercayaan bawahan tersebut
kepada mereka. Contoh pemimpin adaptif yang dapat Anda lihat adalah Sam
Palmisano dari IBM, dan Ford’s Alan Mulally.
2. Kecerdasan emosional
Seorang psikolog Daniel
Goleman mengkorelasikan kepemimpinan yang sukses dengan kesadaran akan perasaan
diri sendiri dan perasaan orang lain. Pemimpin yang memiliki kecerdasan
emosional sangat bisa mengatur diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan
orang lain, dan mereka juga seringkali merupakan orang yang sangat hebat dalam
mempengaruhi (dalam arti yang baik). Semua orang dapat berlatih dan belajar
untuk bisa cerdas secara emosional.
3. Karismatik
Seorang pemimpin yang
kharismatik dapat mempengaruhi orang lain untuk melewati kepemimpinan bersama
dirinya. Sembilan puluh tahun yang lalu, sosiologis Max Weber menggambarkan
otoritas kharismatik berasal dari karakter yang luar biasa, pejuang, dan
kesucian. Dewasa ini, kharismatik lebih berhubungan dengan personality
seseorang dan tampaknya susah untuk diajarkan. Seorang pemimpin yang
kharismatik dapat menjadi motifator yang hebat dan seringkali membawa
kesuksesan yang luar biasa bagi perusahaannya. Contoh pemimpin yang kharismatik
adalah Theodore Roosevelt.
4. Authentic
Authenticity, seperti
halnya passion, adalah sebuah kata yang sering digunakan. Tapi kata ini tetap
masih terdengar fresh ketika mantan CEO dari Medtronic, Bill George menggunakan
kata ini untuk menggambarkan pemimpin dengan integritas dan karakter. Itu di
tahun 2003, dua tahun setelah runtuhnya Enron dan delapan tahun sebelum
Medtronic, dibawah CEO yang lain, membayar lebih dari dua puluh tiga juta
dollar untuk mengatur klaim untuk membayar kesalahan mereka. Hal ini
menunjukan, seorang pemimipin yang memiliki keaslian, seperti James Goodnight
dari perusahaan software raksasa SAS merupakan seorang bintang dari keteguhan
dan disiplin.
5. “Level 5 leader”
Seperti yang digambarkan
seorang pebisnis hebat Jim Collins, pemimpin level 5 mengejar tujuan dengan
kegigihan seperti seekor singa dan kerendahan hati seperti seekor domba. Orang
seperti ini sangat sulit dicari. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang
murah hati, bertanggung jawab, dan meletakkan kepentingan organisasi di atas
kepentingan pribadi. Meskipun banyak entrepreneur yang dikatakan merupakan
pemimpin level 5, yang perlu dilihat apakah mereka bisa menekan ego mereka
sendiri dalam menjalankan perusahaan atau tidak.
6. Mindful leader
Terlalu banyak pemimpin
yang menjalani kepemimpinan mereka berdasarkan pada asumsi lama dan
aturan-aturan yang tidak praktis. Jika pemimpin tersebut memberikan perhatian
pada lingkungan mereka, memperhatikan, menganalisa dan yang paling penting,
mendengarkan orang lain, maka mereka akan menanyakan pertanyaan yang lebih
pintar, dapat mendeteksi perubahan yang terjadi, dan dapat menjadi pelajar yang
lebih baik. Kesadararan ini akan lebih mudah dilakukan oleh para pemimpin muda,
yang belum tercemar oleh pemikiran-pemikiran lama dan kebiasaan-kebiasaan lama.
Tapi perusahaan raksasa juga seringkali melahirkan pemimpin-pemimpin yang
mindful.
7. Narsisme
Diluar para pemimpin yang
hebat, terdapat juga beberapa pemimpin yang tidak patut dicontoh. Beberapa
diantaranya adalah pemimpin yang terlalu mencintai dirinya sendiri, atau yang
biasa kita kenal dengan nama pemimpin yang narsis. Pemimpin yang narsis tidak
mendengarkan orang lain, tidak ingin belajar, tidak ingin mengajar, dan tidak
suka jika ada pendapat yang berbeda dari pendapat mereka. Tapi tidak semua
pemimpin yang narsis itu buruk. Psikoanalisis Michael Maccoby menggambarkan
satu tipe narsis yang tidak terlalu buruk. Contoh pemimpin seperti ini adalah
Bill Gates dan Andy Grove. Mereka adalah pemimpin yang visionaris, dan mampu membawa
orang-orang mengikuti visi yang mereka buat. Tipe pemimpin seperti ini ternyata
memiliki pendamping yang mampu menutupi kekurangan mereka, dan tetap menjaga
mereka utnuk rendah hati.
8. ”No-excuse” leadership
Kemiliteran tampaknya
merupakan suatu tempat yang memiliki pembelajaran kepemimpinan yang tinggi dan
tidak pernah berakhir. Kepemimpinan yang “no-excuse” merupakan tipe
kepemimpinan yang biasanya terdapat di dunia militer. Tipe kepemimpinan ini
akan mampu membuat keputusan dengan cepat, bersikap tegas dan keras, dan
menunjukan mental yang kuat. Ini merupakan suatu kebetulan ketika penelitian di
tahun 2006 menunjukan bahwa perusahaan yang dipimpin oleh mantan militer
mengungguli S&P 500, dan pemimpin tersebut bertahan lebih lama dalam pekerjaan
mereka. Contoh pemimpin ini adalah Frederick Smith, mantan angkatan laut yang
menjalankan FedEx selama lebih dari 40 tahun.
9. Menular
Richard Boyatzis dan
Annie McKee menyebutkan bahwa emosi itu menular: Moral seseorang dapat naik dan
turun sesuai dengan mood dari sang pemimpin. Pemimpin yang positif dan
bersemangat dapat menularkan hal itu kepada bawahan mereka dan menularkan
antusiasme yang positif dalam perusahaan. Merupakan hal yang penting untuk
diingat bahwa Anda harus dengan cermat menghitung dan merancang perusahaan
Anda, dan seberapa banyak hal itu akan mempengaruhi kehidupan pribadi Anda.
Seorang pemimpin harus mampu memisahkan permasalahan pribadi dari kehidupan
profesional mereka.
10. Melayani
Pemimpin tipe ini adalah
pemimpin yang bersedia untuk melayani bawahannya, tidak tertutup pada batasan
jabatan. Pemimpin tipe ini akan bersedia untuk pertama kali melayani, dan
bersedia menjadi contoh agar bawahan mereka dapat bekerja dengan lebih baik.
Tipe-tipe pemimpin ini adalah mereka yang memiliki empati yang besar, peduli,
dan mau menyembuhkan.
11. Storyteller
Seorang pemimpin harus
mampu bercerita: tentang dirinya sendiri, tentang perusahaan, tentang apa yang
dilakukan pegawai mereka, dan tentang apa yang akan dilakukan mereka di masa
depan. Menceritakan cerita membangkitkan emosi yang tidak dapat dibantah
siapapun juga. Tidak heran, jika tipe pemimpin seperti ini banyak terdapat dan
cocok untuk para entrepreneur, karena para entreprenur membangun sendiri cerita
mereka, dan merekalah yang benar-benar mengerti cerita mereka.
GAYA
1. Gaya Kepemimpinan
Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang
memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri
secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin
yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang
telah diberikan.
2. Gaya Kepemimpinan
Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan
demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada
para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai
suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan
banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan
Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya
terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif
menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
EMPAT GAYA KEPEMIMPINAN
DARI EMPAT MACAM KEPRIBADIAN
Keempat gaya kepemimpinan
berdasarkan kepribadian adalah :
1. Gaya Kepemimpinan
Karismatis
2. Gaya Kepemimpinan
Diplomatis
3. Gaya Kepemimpinan
Otoriter
4. Gaya Kepemimpinan
Moralis
GAYA KEPEMIMPINAN
KARISMATIS
Kelebihan gaya kepemimpinan
karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara
berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya
kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan
terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong
Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka.
Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena
ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika
diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan
maaf, dan janji.
GAYA KEPEMIPINAN
DIPLOMATIS
Kelebihan gaya
kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali
melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari
sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa
melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga
menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan
adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat
sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut,
tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para
pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
GAYA KEPEMIMPINAN
OTORITER
Kelebihan model
kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun
tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu
tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah
– langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam
adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat
mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau
dimakan adalah prinsip hidupnya.
GAYA KEPEMIMPINAN MORALIS
Kelebihan dari gaya
kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua orang.
Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga
sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang –
orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan
seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang
bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan
bersahabat.
PERILAKU KEPEMIMPINAN
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan
kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai
sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian
(1994:75-76) adalah:
–
pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat
inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk bertumbuh dan
berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan
yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu
bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap
unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah
kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung
didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru
sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian
tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
Ø Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri
ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul
dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya.
Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih
mementingkan tugas organisasi.
Ø Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi
kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian
pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan
kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang
berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis
pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian
tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum
pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan
berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur
melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap
bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner,
1978:442-443)
3.
Albert Einstein
sang ilmuwan jenius yang terkenal itu juga menderita keterbelakangan. Ia
mempunya memori yang buruk yang membuatnya tidak mampu mengingat meskipun untuk
hal-hal kecil. Gangguan ini diduga juga sebagai bentuk disleksia. Meskipun
demikian, hal tersebut tidak menghentikannya untuk berkarya dalam bidang sains.
Kita ketahui bahwa kejeniusan Albert Einstein telah menyumbangkan peran besar
dalam dunia sains.
Kyai Haji Abdurrahman Wahid,
lahir
di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan
Solichah. Guru bangsa, reformis, cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik ini
menggantikan BJ Habibie sebagai Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu
1999. Dia menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa MPR
2001. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil atau "Sang Penakluk",
dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah
panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak kiai.
Semasa pemerintahannya, Gus Dur membubarkan Departemen Penerangan dan
Departemen Sosial serta menjadi pemimpin pertama yang memberikan Aceh
referendum untuk menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti di Timor
Timur.
Pada
30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura dan berhasil meyakinkan
pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai bernegosiasi dengan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman
dengan GAM. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang
melarang Marxisme-Leninisme dicabut.
Ia juga berusaha membuka hubungan diplomatik dengan Israel, sementara dia juga
menjadi tokoh pertama yang mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari
ruang sosial-politik. Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal
Buloggate dan Bruneigate, yang kemudian menjatuhkannya.
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi
hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan
huruf Tionghoa.
Referensi
:
http://www.antaranews.com/berita/1262186533/biografi-gus-dur
http://diecahyouinyogya.blog.com/2011/06/06/adi/